Laman

Kamis, 08 Oktober 2009

TANTANGAN MASA DEPAN PENDIDIKAN YANG HARUS DIRESPON REAL DAN POSITIF OLEH GURU

Pendidikan dalam arti lexical bermakna luas yaitu proses pengubahan sikap dan tata laksana seseorang atau kelompok orang diusahakan mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam tulisan ini akan dibatasai pada tantangan-tantangan yang memaksa ada proses pengubahan sikap dan tata laksana melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Mengapa demikian ? Di Indonesia ternyata kualitas hasil pendidikan masih diukur dengan standar hasil kemampuan peserta didik 3 atau 4 mata pelajaran yang diperoleh dengan cara yang belum tentu obyektif tergantung pada penguasa bidang pendidikan setempat yaitu jujur atau mencari muka. Lepas dari setuju atau tidak dengan ukuran berdasar hanya atas ranah kognitif (sedangkan ranah lain afektif dan psykhomotor tidak ikut menentukan keberhasilan namun itu suatu kenyataan yang harus kita hadapi. Oleh sebab itu perlu kita sikapi positif dan kita perlu berusaha melalui upaya pengajaran dan pelatihan lewat proses dan cara yang baik dan benar, bukan lewat team sukses (yang menghalakan segala cara yang penting peserta didiknya lulus) dengan jalan pintas yang curang.
Cara kedua tersebut tidak mendewasakan peserta didik dan tidak mendidik tetapi merusak pendidikan (sebab lewat jalan pintas yang melanggar hukum dan tidak lewat pengajaran dan pelatihan). Proses dan cara yang digunakan bukan perbuatan mendidik, tetapi perbuatan mafia pendidikan.

Tantangan pertama ialah peserta didik dapat lulus UN dari jenjang pendidikan yang menjadi tanggung jawab kita maka upaya peningkatan pengajaran dan pelatihan bagi guru maupun peserta didik perlu kita laksanakan.
Salah satu langkah yang perlu kita kerjakan ialah guru harus tahu materi/kompetensi mana yang dirasa sulit/gagal oleh peserta didik (perorangan/kelompok) dengan data empiris dan komprehensif (bukan karangan dan asal-asalan)
Guru perlu bertindak cermat dalam proses pembelajaran dan mengetahui secara tepat dan akurat pembelajaran berhasil/tidak, peserta didik telah menguasai materi/kompetensi yang diajarkan/belum (jangan hanya dengan bertanya : sudah mengerti anak-anak ? dijawab sudah ! secara serentak, guru merasa puas dan percaya. Guru perlu memiliki teknik evaluasi proses yang tepat agar hasilnya tidak semu. Disinilah guru dituntut untuk mengetahui secara tepat materi esensial mana dan kompetensi dasar (KD) mana yang belum dikuasai peserta didik.
Materi esensial dan KD tersebut diinventarisasi hasilnya kemudian dianalisis untuk mengetahui sebab tidak keberhasilan/kegagalan dan dikaji dari berbagai aspek/komponen yang terkait dengan pembelajaran. Guru tidak boleh langsung menghakimi dengan kata-kata gagal/tidak berhasil, karena muridnya sisa dari negeri/dari masyarakat pinggiran. Guru harus jujur dan berani mengadakan instropeksi dan retrospeksi dalam hal kompetensi pertama-tama pada pribadinya (kemampuan/kesiapan/penguasaan pembelajaran, upaya-upaya agar proses pembelajaran tuntas, penguasaan metode dan penggunaan media, kemampuan memberi motivasi dan reinforcement/penguatan, teknik evaluasi serta kecakapan memberikan pendampingan dan lain-lain) yang terkait dengan pembelajaran. Setelah faktor intern dikaji dan menemukan kekurangan perlu ada kemampuan untuk berubah ke arah lebih baik dan segera dikerjakan tidak usah malu atau takut dan belajar dan belajar terus sampai benar-benar menjadi guru yang berkompetensi dan berkualitas ; dan apabila disertai dengan dedikasi tinggi dalam pendidikan berarti telah menuju ke arah kesempurnaan sebagai seorang guru yang mandiri.
Bila upaya instropeksi dan retrospeksi ke dalam diri sendiri sudah dilaksanakan dan perbaikan-perbaikan telah dijalankan barulah ekstropeksi sebagai langkah kedua dijalankan yaitu melihat kondisi objektif peserta didik secara perorangan/kelompok, hal ini sangat penting untuk menentukan motivasi dan strategi pembelajaran. Menghadapi kondisi peserta didik yang berbeda-beda dari : perkotaan, marginal dan murni pedesaan, memerlukan kemampuan ketepatan memberi motivasi dan menentukan strategi pembelajaran (tidak dapat digebyah uyah = jawa).
Disini guru perlu belajar banyak untuk mengenal pribadi peserta didik agar dapat mengadakan pendekatan dengan baik sebab adanya komunikasi yang baik antara guru dengan peserta didik merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan pembelajaran.
Guru perlu mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan suasana yang bagaimana yang dapat mendorong/menggairahkan/semangat belajar. Guru perlu menciptakan suasana siap, baru berlangsung pembelajaran. Jadi setelah terjadi adanya persamaan persepsi antara guru-peserta didik, guru baru melangkah ke materi/inti pembelajaran. Ini baru awal pembelajaran yang efektif. Guru wajib menjadi agen pembelajaran dalam arti memiliki kemampuan dan kemauan untuk melayani dalam pembelajaran. Kesediaan untuk menjawab pertanyaan, kesabaran dalam membimbing dan mendampingi, ketelatenan waktu melatih (sejenis try out dan sebagainya), kesabaran untuk menanamkan konsep kepada peserta didik khususnya yang kurang cepat menangkap dan sifat-sifat mulia lain sebagai guru.
Yang tidak kalah penting untuk mendapat perhatian dari guru ialah media pembelajaran (media, alat bantu, peraga) dan sumber belajar (perpustakaan, media cetak/elektronik, internet dan lain-lain) yang memadai (sesuai dengan jenjang/satuan pendidikan). Guru wajib berupaya menggunakan media dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran/memperluas penguasaan materi dan kompetensi, kepustakaan dan sumber belajar yang lain perlu diberdayakan secara optimal (klipping, membuat resume/resensi buku, studi perpustakaan, menyimak/mengikuti karya-karya ilmiah/penelitian di TV, mencari sumber pengetahuan di internet dan lain-lain). Dengan cara demikian pembelajaran bisa menyenangkan.
Sekolah perlu menyediakan fasilitas jangan sampai guru memberi tugas bertumpuk tanpa ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran ialah penggunaan metode yang bervariasi. Dengan metode yang bervariasi pembelajaran mengasyikkan dan kreativitas guru maupun peserta didik dapat dikembangkan.
Dibawah ini adalah model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) diantaranya :
a) Contextual Teaching and Learning (CTL).
b) Inquiry (Pendekatan Inkuri).
c) Numbered Heads Together (Kepala bernomor) (Spencer Kagan, 1992).
d) Cooperatif Script (Danserean Cs, 1985).
e) Kepala Bernomor Berstruktur (Modifikasi dari Number Heads).
f) Student Teams – Achievement Divisions (STAD) Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995).
g) Jigsaw (Model Tim Ahli) (Aroson, Blaaney, Stephen, Sikes and Snapp, 1978).
h) Problem Based Introduction (PBI) (Pembelajaran berdasarkan masalah).
i) Examples Non Examples (Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD).
j) Debate.
k) Tink Pair and Share (Frank Lyman, 1985).
l) Make – A Match (Materi Pasangan), (Lorna, Curran, 1994).
m) Artikulasi.
n) Mind Mapping.
o) Picture and Picture.
Pemilihan metode tentu disesuaikan dengan materi/KD, waktu yang tersedia, media yang ada, serta kemampuan guru untuk mengolah dan memvariasi dengan metode lain sehingga pembelajaran dapat lebih menarik dan menyenangkan.

Tantangan kedua yang perlu direspon secara positif ialah adanya tantangan sekaligus peluang yang ada pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu :
1. Akselerasi (Pasal 12 ayat 1)
Beberapa sekolah negeri dan swasta yang berkualitas telah melaksanakan program akselerasi suatu program yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Hal ini perlu dicermati agar peserta didik yang cerdas dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat. Program ini tentunya akan menarik orang tua dan peserta didik yang memenuhi syarat.


2. Emisi (Pasal 33 ayat 3)
Proses pembelajaran dengan pengantar bahasa asing. Bisakah di sekolah Anda dimulai? Bila akan memajukan/ melancarkan penggunaan bahasa Inggris ada baiknya diciptakan kesempatan/ suasanan berbahasa Inggris, misalnya ada English day, debate dengan bahasa Inggris, pembelajaran dengan pengantar bahasa Inggris (emisi). Guru yang memliki kemampuan berbahasa Inggris dapat memulai dan disusul oleh guru-guru lain. Dengan demikian sekolah memfasilitasi untuk peserta didik berbahasa Inggris secara aktif dan mengantar peserta didik yang belajar/ bekerja di negara-negara yang berbahasa Inggris.

3. Internasionalisasi (Pasal 50 ayat 3)
Sekolah bisa dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional. Tentunya ada standar tertentu yang menjadi syaratnya dan itu perlu kita ketahui yang menyangkut : kurikulum, sarana prasarana, guru, bahasa yang digunakan, peserta didik dan manajemennya. Bagaimana beratnya perlu kita kaji persyaratannya dan berupaya secara bertahap untuk memenuhinya. Hal ini jangan sampai ada joke yang dilempar para ahli pendidikan : Dalam dunia pendidikan orang Indonesia bisa tersenyum bila ada dikamboja tetapi di luar itu di Asia Tenggara kita sedih.

Tantangan ketiga dalam dunia pendidikan di Indonesia ialah UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Syarat kualifikasi S1/ D4 bagi Guru TK-SD-SMP/ SMA/ SMK harus terpenuhi. Guru wajib memiliki kompetensi : kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Di luar dua syarat di atas maka untuk mendapatkan tunjangan dari pemerintah guru harus memiliki sertifikat pendidikan dan diberikan pada guru harus yang telah memenuhi persyaratan diatas, sertifikat pendidikan merupakan syarat untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu dengan mendapat tunjangan dari pemerintah (tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus).

Tantangan keempat
Bagaimana kita dalam waktu yang sangat singkat dapat menyusun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sehingga dapat melaksanakan Permen 22, 23 dan 24 secara baik. Memang guru dapat mengadopsi dan mengadaptasi KTSP yang ada tetapi guru yang mandiri akan memilih menyusun sendiri.

Sumber : Drs. F. Sugiono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar